affiliate marketing

Senin, 06 Februari 2012

System Penilaian Luar Negeri

0 komentar

        Sistem penilaian di perguruan tinggi terjadi di semua negara baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kalau kita ingin belajar dari pengalaman di luar negeri tentunya kita perlu menelaah berbagai sistem penilaian di perguruan tinggi yang dilaksanakan di negara maju. Karena sistem penilaian di perguruan tinggi terkait dengan mutu pendidikan, maka kajian terhadap sistem penilaian di perguruan tinggi di negara maju merupakan juga kajian terhadap mutu pendidikan di negara maju.
            Sistem penilaian di perguruan tinggi menjadi perhatian di dalam universitas serta di antara universitas. Perhatian terhadap penilaian di dalam universitas menunjukkan keseriusan universitas itu dalam usaha menjamin mutu pendidikan di universitas bersangkutan. Perhatian terhadap penilaian di antara universitas menunjukkan keinginan berbagai universitas untuk memiliki patok mutu (benchmark) secara kolektif di antara mereka. Kerja sama di antara universitas di dalam sistem penilaian tidak saja menghasilkan standar mutu, melainkan juga melahirkan klasifikasi nilai yang dipergunakan di berbagai sistem pendidikan.
            Universitas besar di Amerika Serikat, misalnya, sangat memperhatikan penilaian akademik yang digunakan di dalam universitas mereka. Di Amerika Serikat, “banyak sekolah tinggi dan universitas memiliki biro ujian yang ditujukan untuk membantu staf pengajar dan mahasiswa mereka dalam masalah ujian, dan biro demikian biasanya dapat juga menjawab pertanyaan dari publik.”[1] Dengan adanya biro ujian, sistem penilaian di universitas turut dipantau dan diawasi sehingga penilaian di perguruan tinggi dapat dipertanggungjawabkan tidak saja ke dalam perguruan tinggi, melainkan juga kepada publik.
            Kerja sama di antara para registrar di Amerika Serikat menghasilkan transkrip elektronik untuk dipakai bersama. Mereka menghasilkan puluhan klasifikasi pemberian nilai akademik yang digunakan di dalam transkrip.[2] Sekalipun tidak secara otomatis menjamin mutu lulusan perguruan tinggi, kerja sama membantu pengertian di antara perguruan tinggi dalam hal nilai akademik dan sistem nilai yang digunakan oleh masing-masing lembaga pendidikan.
            Uni Eropa yang merupakan gabungan dari sejumlah negara maju juga berusaha membenahi sistem penilaian di berbagai perguruan tinggi mereka. Pembenahan itu menghasilkan suatu sistem penilaian yang dikenal sebagai European Credit Transfer System (ECTS). Seperti diungkapkan oleh Fachhochschule Braunschweig/Wolfenbüttel, Komunitas Eropa meningkatkan kerja sama antaruniversitas sebagai suatu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi keuntungan mahasiswa dan lembaga pendidikan tinggi, serta mobilitas mahasiswa merupakan unsur utama pada kerja sama antaruniversitas.[3]
            Dasar dari ECTS adalah transparansi di dalam penyelenggaraan bidang akademik di berbagai perguruan tinggi di Eropa. Kurikulum disajikan secara terbuka, termasuk mata kuliah yang harus ditempuh, jumlah kredit yang wajib dipelajari, serta sistem nilai yang digunakan. Dengan demikian, setiap program studi menetapkan semua kewajiban yang harus dipehuhi agar kredit yang diperoleh mahasiswa dapat dialihkan dari satu perguruan tinggi ke perguruan tinggi lain di Eropa.  Dan di samping ECTS, komunitas Eropa juga mengenal The European Credit Research Institute (ECRI) untuk menata kredit penelitian yang dilakukan di berbagai perguruan tinggi di Eropa.
            Dengan sistem penilaian seperti ini, tidak saja pengalihan mahasiswa di antara perguruan tinggi di Eropa dapat dilakukan dengan mudah, melainkan juga mutu akademik di berbagai perguruan tinggi dapat dinilai secara terbuka. Bersama itu, bidang akademik di perguruan tinggi di Eropa mencerminkan jaminan mutu. Apa lagi kalau mereka menerapkan patok mutu (benchmark) sehingga setiap perguruan tinggi berusaha menyamakan mutu mereka ke mutu tertinggi di antara perguruan tinggi.
            Di luar Amerika Serikat dan Eropa, patok mutu dapat saja dilakukan melalui kerja sama di antara perguruan tinggi. Dapat saja suatu perguruan tinggi mengirim soal ujian yang mereka terapkan di perguruan tingginya ke perguruan tinggi terkenal untuk dievaluasi. Melalui evaluasi soal ujian seperti ini, lulusan di perguruan tinggi itu memiliki mutu yang terevaluasi oleh perguruan tinggi yang terkenal.

Sumber:

[1] Anthony J. Nitko, Educational Assessment of Students. Second edition. (Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1996), hlm 398
[2] Task Force on the Standardization of Postsecondary Education Electronic Data Exchange (SPEEDE), A Guide to the Implementation of the AACRAO Electronic Transcript. (American Association of Collegiate Registrars and Admissions Officers (AARCRAO))
[3] http://www.fh.wolfenbuettel.de/Studium/ects/, Studium: European Credit Transfer System (ECTS).

0 komentar:

Posting Komentar